analisis sastra dengan pendekatan pragmatik

Pendekatan Pragmatik
A. Hakikat Pendekatan Pragmatik
Secara umum pendekatan pragmatik adalah pendekatan kritik sastra yang ingin memperlihatkan kesan dan penerimaan pembaca terhadap karya sastra. Munculnya pendekatan pragmatik bertolak dari teori resepsi sastra dalam khasanah pemahaman karya sastra yang merupakan reaksi terhadap kelemahan-kelemahan yang terdapat pada pendekatan struktural. Sebab pendekatan struktural ternyata tidak mampu berbuat banyak dalam upaya membantu seseorang dalam menangkap dan memberi makna karya sastra. Pendekatan struktural hanya dapat menjelaskan lapis permukaan dari teks sastra karena hanya berbicara tentang struktur atau interalasi unsur-unsur dalam karya sastra. Banyak segi lain yang diperlukan untuk lebih menjelaskan makna karya sastra. Untuk dapat menangkap segi-segi lain itu para pakar mengemukakan sebuah pendekatan baru, yaitu pendekatan pragmatik.

Pendekatan pragmatik merupakan pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca, seperti tujuan pendidikan, moral agama atau tujuan yang lainnya. Pendekatan pragmatik mengkaji karya sastra berdasarkan fungsinya untuk memberikan tujuan-tujuan tertentu bagi pembacanya. Semakin banyak nilai-nilai, ajaran-ajaran yang diberikan kepada pembaca maka semakin baik karya sastra tersebut.
Definisi lain mengatakan bahwa pendekatan pragmatik adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya terhadap peranan pembaca dalam menerima, memahami, dan menghayati karya sastra. Pembaca memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan sebuah karya yang merupakan karya sastra atau bukan. Horatius dalam art poetica menyatakan bahwa tujuan penyair ialah berguna atau memberi nikmat, ataupun sekaligus memberikan manfaat dalam kehidupan. Dari pendapat inilah dimulai pendekatan pragmatic, (Wahyudi Siswanto, 2008: 181-191).
Pendekatan Pragmatik memberikan perhatian utama terhadap perananan pembaca, dalam kaitannya dengan salah satu teori modern yang paling pesat perkembangannya, yaitu teori resepsi, pendekatan Pragmatik dipertentangkan dengan pendekatan ekspresif. Subjek pragmatik dan subjek ekspresif sebagai pembaca dan pengarang berbagai objek yang sama, yaitu karya sastra. Perbedaanya, pengarang merupakan subjek pencipta, tetapi secara terus-menerus, fungsi-fungsinya dihilangkan, bahkan pada gilirannya pengarang ditiadakan. Sebaliknya, pembaca yang sama sekali tidak tahu-menahu tentang proses kreativitas diberikan tugas utama bahkan dianggap sebagai penulis.
Pendekatan pragmatik dengan demikian memberikan perhatian pada pergeseran dan fungsi-fungsi baru pembaca tersebut. Secara histories (Abrams, 1976:16) pendekatan pragmatik telah ada tahun 14 SM, terkandung dalam Ars Poetica (Hoatius). Meskipun demikian, secara teoritis dimulai dengan lahirnya strukturalisme dinamik. Stagnasi srukturalisme memerlukan indikator lain sebagai pemicu proses estetis, yaitu pembaca (Mukarovsky).
Tahap tertentu pada pendekatan pragmatik memilik hubungan yang cukup dekat dengan sosiologi, yaitu dalam pembicaraan mengenai masyarakat pembaca. Pendekatan pragmatik memliki manfaat terhadap fungsi-fungsi karya sastra dalam masyrakat, perkembangan dan penyebarluasannya, sehingga manfaat karya sastra dapat dirasakan. Dengan indikator pembaca dan karya sastra, tujuan pendekatan pragmatik memberikan manfaat terhadap pembaca. Pendekatan pragmatik secara keseluruhan berfungsi untuk menopang teori resepsi, teori sastra yang memungkinkan pemahaman hakikat karya sastra tanpa batas.
Pendekatan pragmatik mempertimbangkan impilkasi pembaca melalui berbagai kompetensinya. Dengan mempertimbangkan indikator karya sastra dan pembaca, maka masalah-masalah yang dapat dipecahkan melalui pendekatan pragmatik, di antaranya berbagai tanggapan masyarakat tertentu terhadap sebuah karya sastra, baik sebagai pembaca eksplisit, maupun implicit, baik dalam kerangka sinkronis maupun diakronis. Teori-teori postrukturalisme sebagian besar bertumpu pada kompetensi pembaca sebab samata-semata pembacalah yang berhasil untuk mengevokasi kekayaan khazanah kultural bangsa.
Pendekatan pragmatis memberikan perhatian utama pada peran pembaca. Pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang memandang puisi sebagai sesuatu yang dibangun untuk mencapai efek-efek tertentu pada audience (pembaca atau pendengar), baik berupa efek kesenangan estetik ataupun ajaran atau pendidikan maupun efek-efek yang lain. Pendekatan ini cenderung menilai puisi berdasarkan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan tersebut. Selain itu, pendekatan ini menekankan strategi estetik untuk menarik dan mempengaruhi tanggaan-tanggapan pembacanya kepada masalah yang dikemukakan dalam puisi. Dua pembaca yang sama akan menerima pesan yang berbeda walaupun mereka dihadapkan pada puisi yang sama (Damono, 1983).
Sebagai suatu pendekatan untuk mencari kebenaran dalam teks sastra, pendekatan pragmatik memiliki relevansi dengan sistem kefilsafatan pragmatik Heraklitus dalam Graff et.al. (1996:167) mengembangankan teori kefilsafatan yang mirip dengan pragmatik modern. Konsep Heraklitus yang terkenal adalah “Tidak ada realitas yang bersifat absolut, demikian juga halnya dengan kebenaran nilai-nilai. Realitas, kebenaran, dan nilai-nilai merupakan sesuatu yang selalu berubah, sehingga itu sendirilah yang bersifat permanen”. Dengan kata lain, hanya dengan indre penyerapan (the sense pf perception) itulah yang memiliki pengetahuan yang menyadari karakter perubahan pengetahuan.
Lavinson yang dirujuk Nababan (1987:2) mengartikan pragmatik sebagai kajian hubungan antarbahasa dengan konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa. Di dalam pengertian ini terlihat bahwa pemahaman bahasa merujukpada fakta bahwa untuk mengerti suatu
ungkapan bahasa diperlukan juga pengetahuan di luar makna kata dan hubungan tata bahasanya, yaitu hubungan dengan konteksnya.
Berdasarkan beberapa literatur yang berkaitan dengan pendekatan pragmatik, ada pula yang menekankan kepada struktur bahasa, aspek makna tertentu, dan hakikat ketergantungan dengan konteks sebagai berikut.
1. Pragmatik adalah studi tentang hubungan-hubungan antarbahasa dengan konteks yang gramatikalisasi atau dikodekan dalam struktur suatu bahasa.
2. Pragmatik adalah studi tentang semua aspek makna yang tidak terliput dalam teori semantik.
3. Pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bahasa dengan konteks yang merupakan dasar untuk uraian pemahaman bahasa.
4. Pragmatik adalah studi tentang kemampuan pemakaian bahasa untuk memadankan kaliamat dengan kontek yang tepat.
5. Pragmatik adalah studi tentang dieksis, implikasi, prasuposisi, tidak ujar, dan aspek struktur wacana.
Berdasarkan informasi tersebut, pendekatan pragmatik yang dimaksud adalah cara mengkaitkan hubungan bahasa sebagai median ekspresif karya satra dengan interperator atau penafsir sebagaimana pengertian pragmatik yang dirumuskan oleh Morris dalam Tarigan dan van Dijk terdahulu.

B. Pengertian Pendekatan Pragmatik Menurut para Ahli
Secara umum pendekatan pragmatik adalah pendekatan kritik sastra yang ingin memperlihatkan kesan dan penerimaan pembaca terhadap karya sastra dalam zaman ataupun sepanjang
Sedangkan menurut para ahli mendefinisikan pendekatan pragmatik adalah sebagai berikut:
1. Menurut Teeuw, 1994 teori pendekatan pragmatik adalah salah satu bagian ilmu sastra yang merupakan pragmatik kajian sastra yang menitik beratkan dimensi pembaca sebagai penangkap dan pemberi makna terhadap karya satra.
2. Relix Vedika (Polandia), pendekatan pragmatik merupakan pendekatan yang tak ubahnya artefak (benda mati) pembacanyalah yang menghidupkan sebagai proses konkritasi.
3. Dawse dan User 1960, pendekatan pragmatik merupakan interpensi pembaca terhadap karya sastra ditentukan oleh apa yang disebut “horizon penerimaan” yang mempengaruhi kesan tanggapan dan penerimaan karya sastra.
Pendekatan ini menganut prinsip bahwa sastra yang baik adalah sastra yang dapat memberi kesenangan dan kaidah bagi pembacanya dengan begitu pendekatan ini menggabungkan unsur pelipur lara dan unsur dedaktif. Pemanfaatan pendekatan ini harus berhadapan dengan realitifitas konsep keindahan dan konsep nilai dedaktif. Setiap genersai,
setiap kurun tertentu diharuskan menceritakan nilai keindahan hal itu tidak berarti bahwa interprestasi hanya subjektif belaka.

C. Sejarah Pendekatan Pragmatik
Pada tahun 1960 muncul dua orang tokoh ilmu sastra di Jerman Barat kedua tokoh itu adalah Hans Robert dan Wolfgangler. Keduanya mengembangkan ilmu sastra yang memberikan penekanan terhadap pembaca sabagai pemberi makna karya satra.
Pada tahun 1967 (Teeuw, 1984: 5) ia mengatakan bahwa penelitian sejarah di Eropa sejak lama telah melalui jalan buntu. Hal ini karena pendekatan penulisan sejarah sastra tidak berdasarkan situasi zaman sejak zaman Romantik, dengan adanya paham Nasionalisme, maka pendekatan penulis sejarah sastra disejajarkan dengan sejarah nasional, dan pendekatan lain yang tidak menghiraukan dinamika sastra terus menerus, entah pada suatu bangsa, suatu periode, suatu angkatan dan suatu zaman.
Hal yang diterima dan dipahami oleh pembaca berpengaruh besar pada perkembangan karya sastra selanjutnya, baik dari segi estentik maupun dari segi sejarah, dari segi estentik karya sastra sebagai seni, pembaca akan menentukan apakah estentik yang mendasari karya sastra diterima atau ditolak. Oleh sebab itu yang dipentingkan dalam pendekatan yang menekankan peranan pembaca sebagai pemberi makna bukanlah atau keindahan abadi suatu karya sastra, melainkan penerimaan karya sastra pada waktu dan tempat yang berbeda-beda.
Tokoh utama dalam karya sastra yang menekankan peranan pembaca ialah Hans Robert Jousz dalam makalahnya yang bejudul literature alas provocation (sejarah sastra sebagai tantangan). Ia melancarkan gagasan-gagasan baru yang sempat menggoncangkan dunia. Ilmu sastra tradisional setelah memberi ringkasan mengenai sejarah sastra antara lain dari aliran marsisme dan formalisme. Menghilangkan faktor yang terpenting dalam proses semiotik yang disebut kesusastraan sastra, dan sikap komunikasinya yang mrnggambarkan hubungan dialog dan proses antara karya sastra dan pembaca. Yaitu pembacalah yang menilai, menafsirkan, memahami dan menikmati karya sastra untuk menentukan nasib dan peranannya dari segi sejarah dan estetis.
Peneliti sejarah sastra bertugas menelusuri resepsi karya sastra sepanjang zaman, keindahan dalam pengertian yang bergantung pada situasi dan latar belakang sosio budaya sipembaca dan ilmu sastra harus meneliti hal itu.

D. Metode Pendekatan Pragmatik
Penelitian resepsi pembaca terhadap karya sastra dapat menggunakan beberapa meatode pendekatan,antara lain pendekatan yang bersifat eksperimental, melalui karya sastra yang mementingkan karya sastra yang terikat pada masa tertentu ada pada golongan masyarakat tertentu.
1. Kepada pembaca, perorangan atau kelompok disajikan atau diminta pembaca karya sastra, sejumlah pertanyaan dalam teks atau angket yang berisi tentang permintaan, tanggapan, kesan, penerimaan
terhadap karya yang dibaca tersebut.untuk diisi jawaban-jawaban itu nanti ditabulasi dan dianalisis.
2. Kepada pembaca perorangan atau kelompok, diminta pembaca karya sastra, kemudian ia diminta untuk menginterpretasikan karya sastra tersebut. Interpretasi-interpretasi yang dibuat tersebut dianalisis secara kualitatif untuk meliha bagaimana penerimaan atau tanggapan terhadap karya sastra.
3. Kepada masyarakat tertentu diberikan angket untuk melihat prestasi mereka terhadap karya sastra, misalnya melihat prestasi sekelompok kritikus terhadap kontenporer persepsi masyarakat tertentu terhadap karya sastra daerahnya sendiri.

E. Prinsip-prinsip Dasar Pendekatan Pragmatik
Landasan pendekatan pragmatik adalah bertolak dari teori resepsi sastra, maka landasan dasarnyapun dalam mengkaji karya sama dengan tempat ia berpijak tersebut. Sebagai suatu pendekatan dalam memahami karya sastra, pragmatisme mempunyai prinsip sebagai berikut.
1. Otonomi karya sastra dianggap tidak relevan dalam kajian karya sastra, karena terlalu menganggap karya sastra sebagai struktur yang otonom. Padahal karya sastra tersebut tidak mempunyai kewujudannya sendiri sampai dibaca. Karena itu untuk dapat memahami sebuah karya sastra, pendekatan pragmatik tidak terlalu terikat pada struktur sastra semata, melainkan juga kepada faktor yang ada pada diri pembaca secara
kontekstual. Oleh karena itu, bentuk telaahnya kompleks daripada pendekatan struktural yang hanya tertuju pada bangun struktur saja.
2. Pendekatan pragmatik memkitang karya sastra sebagai artefak, pem-bacalah yang menghidupkannya melalui proses konk-retisasi. Karya sastra hanya menyediakan tkita atau kode makna, sedangkan makna itu sendiri diberikan oleh pembaca. Karya sastra tidak mengikat pembaca, tetapi menyediakan tempat yang kosong untuk diisi oleh pembaca. Maksudnya adalah bahwa teks sastra seperti puisi tidak pernah mempunyai makna yang terumus dengan sendirinya, sehingga diperlukan tin-dakan pembaca untuk merumuskannya.
3. Pembaca bukanlah pribadi yang tetap dan sama, melainkan sela-lu berubah dan berbeda. Oleh karena pembaca dalam melakukan proses pemahaman dipengaruhi oleh horison penerimaannya, maka subjektivitas pembaca mungkin berbeda antara satu dengan lainnya. Itulah sebabnya teknik telaahnya pragmatis dan dialektik.
4. Teks sastra selalu menyajikan ketidakpastiaan makna, sehingga memungkinkan pembaca untuk memaknai dan memahaminya secara terbuka lebar (Teeuw 1984; Junus 1985; Salden 1986; dan Jefferson & Robey 1988). Ketidakpastiaan iitulah mengapa pangkal tolak telaah pendekatan pragmatik ini dalam mengapresiasi karya sastra pada persepsi pembaca.

F. Karakteristik Pendekatan Pragmatik dalam Menelaah Karya Sastra
Bertolak dari hakikat dan prinsip dasar pendekatan pragmatik di atas, dapat dirumuskan bahwa pendekatan pragmatik dalam menelaah karya sastra adalah sebagai berikut.
1. Asumsi dasar pendekatan pragmatik memkitang bahwa karya sastra sesuatu yang bersifat artefak. Ia merupakan suatu benda yang belum mempunyai jiwa, dan baru mempunyai jiwa bila dinikmati atau dipahami.
2. Bentuk telaah kompleks, karena dalam menentukan makna atau unsur intrinsik, melainkan juga unsur ekstrinsik seperti pengarang, pembaca dan genetik karya sastra.
3. Dalam menelaah, unsur yang menjadi objek telaah mencakup seluruh unsur, baik fisik maupun unsur batin dan unsur-unsur lain yang dapat dijadikan acuan untuk mengkongkretisasikan makna yang abstrak.
4. Proses telaah dimulai dari resepsi personal pembaca keseluruhan bagian dan mencari hubungan struktur bagian kemudian menempatkan struktur keseluruhan menjadi struktur bagian dalam struktur yang lebih besar untuk dapat dikonkretisasikan melalui proses redeskripsi.
5. Teknik telaah pragmatis dan dialektik, yaitu dengan melibatkan pengalaman pembaca, pengarang, di samping unsur intrinsik yang menjadi acuan telaah.
6. Dasar pertimbangan dalam penentuan makna adalah perpaduan unsur intrinsik dengan unsur ekstrinsik serta faktor genetik dan pengalaman yang dipunyai pembaca.
7. Pangkal tolak telaah dari resepsi pembaca terhadap unsur bangun karya sastra.
8. Esensi karya sastra adalah makna setiap unsur, hubungan antara unsur dan keterpaduannya dihubungkan dengan konteks kesemestaan dan sistem kognisi pembaca.
9. Unsur pengarang dan pembaca dipertimbangakan dalam menelaah sebagai bagian dari genetik untuk kesempurnaan makna.

DAFTAR PUSTAKA
Hiory, Oky. 2012. Kritik Sastra Objektif. (online). (http://okyhiory.blogspot.com/2012/04/kritik-sastra-kritik-sastra- objektif.html, dikunjungi Rabu, 10 September 2014).
Putra. 2013. Pendekatan Pragmatik dalam Kajian Puisi. (online). (http://putra- p3tir.blogspot.com/2013/12/pendekatan-pragmatik-dalam-kajian- puisi.html, dikunjungi Rabu, 10 September 2014).
Purwo, Bambang Kaswati. 1989. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Kanisius.
Rahardi, Kunjana. 2009. Sosiopragmatik. Jakarta: Erlangga.
Sigondang. 2011. Jenis-Jenis Kritik Sastra. (online). (http://www.sigodangpos.com/2011/09/jenis-jenis-kritik-sastra-dan.html, dikunjungi Kamis, 11 September 2014).
Tarigan, Henry Guntur. 1993. Pragmatik Pengajaran. Bandung: Angkas.
Yusfin. 2011. Pemahaman Kritik Pragmatik dalam Novel. (online). (http://yusfimembaca.blogspot.com/2011/11/pemahaman-kritik- pragmatik-dalam-novel.html, dikunjungi Kamis, 11 September 2014).
Yasni, Asri. 2012. Penerapan Pendekatan Pragmatik dalam Sastra. (online). (http://asriyasnur.blogspot.com/2012/01/penerapan-pendekatan-pragmatik- dalam.html?m=1, dikunjungi Sabtu, 13 September 2014).images (1)

Tinggalkan komentar